Selaraskan Dunia Pendidikan dan Dunia Kerja
Berbicara mengenai pendidikan memang tidak akan pernah ada habisnya. Akhir-akhir ini begitu banyak kritik akan mutu pendidikan di Indonesia.
Mengapa demikian? Mungkin saja karena masalah pengangguran intelektual yang jumlahnya terus mengalami peningkatan. Masalah tersebut seakan menjadi pembuktian akan kebenaran mutu pendidikan di Indonesia.
Sekarang ini, dunia kerja tidak hanya masalah keterbatasan lapangan pekerjaan, tapi juga mensyaratkan adanya keterampilan dan keahlian tertentu, pengalaman kerja, dan lain sebagainya. Sementara ijazah hanyalah sekadar pelengkap persyaratan administratif. Artinya, dunia kerja cenderung mengutamakan keterampilan, keahlian dan pengalaman kerja ketimbang ijazah.
Bagaimana agar Dunia Pendidikan dan Dunia Kerja dapat selaras?
Kunci menyelaraskan gap (kesenjangan) antara dunia kerja dan pendidikan khususnya pendidikan tinggi adalah kemauan untuk belajar hal baru. Misalnya, dengan mengasah keterampilan lewat berbagai kegiatan organisasi kemahasiswaan (tidak hanya tergantung pada teori di bangku kuliah), mengikuti magang di tempat kerja dan mengikuti pelatihan ujian sertifikasi yang diakui kredibilitasnya baik secara nasional maupun internasional sebagai bukti bahwa seseorang tersebut kompeten dan mampu
Oleh karena itu, para siswa/mahasiswa diharapkan tidak mudah menyerah terhadap bidang baru yang masih terasa asing dan dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin hari berubah-ubah. Sebagai tantangan kita agar tetap survive dan dapat memecahkan masalah. Jika ada tantangan yang bahkan kita belum pernah dikerjakan, selama itu bisa dipelajari maka sebaiknya terima saja. Karena itu pasti akan menjadi bernilai nantinya.
Untuk mendapatkan pekerjaan sekarang ini tidak bisa lagi hanya mengandalkan ijazah semata, tapi disyaratkan memiliki keahlian tertentu sebagai syarat untuk menunjukkan bahwa orang tersebut memiliki keahlian dan pengalaman. Jadi, pendidikan dan pekerjaan adalah dua hal yang berhubungan yang tidak dapat dipisahkan.